Akalku berkata kan ia yang Tuhan jodohkan
Dengan seragam orange atau putih putihnya ia kan lantang
meminang
Dengan menyematkan kaca mata hitam ia kan sematkan dikedua
mataku
Dan ia kan menuntunku terbang…
“Selamat tinggal lalat selamat tinggal serangga” ucapku
nanti saat ia menuntun bersama sayap
“janganlah kau ubah,tetaplah menjadi serangga kecilku dan
terbanglah dengan sayapmu,semampumu”
Tiba tiba ia berlisan itu hingga aku menatap kembali matanya
Tetap tenang,tetap tajam bola hitam dimatanya,ia bersungguh
berkata itu
Benarkah ia memang tak angkuh?
Hingga hatinyapun tak ia terlalu sombongkan setegaknya ia
berjalan..
Bicaranya yang mantap dan pasti mengajarku akan ketegasan
Dan ia meyakinkan dengan
jawaban
“tenanglah,sayapku tak selamanya dikedua sisi pundakku.
Ia kan kutinggal sejenak saat lelap tak seperti burung yang
kan setia menemani sayapnya selalu.
Jalankupun tak melulu melayang,kakiku masih jauh lebih setia
kepadaku
Ada keindahan memang saat terbang,tapi tak kah kau bersyukur
apa yang kan kau lihat nanti adalah apa yang kau sudah nikmati langsung??.
Melayangku hanya bentuk pengabdian,
Membantu melipat watu sehingga yang menunggu di Merauke kan
cepat kedatangan Aceh
membantu anak anak
yang merindukan ayahnya
mencoba menolong ibu ibu yang sakit dan merindukan anaknya diseberang
sana
tak semata hanya berputar putar diudara,tak hanya bermain
main disana
aku tetap manusia,dan tetaplah kau menjadi manusia,tetap
pulalah menjadi serangga kecilku yang tak pernah diam ”
“itukah mengapa kau tempatkan sayap logam kecil tepat diatas
dadamu,dekat dengan hatimu?
Supaya kau selalu ingat bahwa kau tetaplah menusia” jawabku
haru
“iya “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar