Rabu, 22 Februari 2012

Big Enemy


“tinnnnnn….. tiiinnn”
” iya iya pah…iyaaaaaaaaaaa” 
Dila berlari tergopoh gopoh keluar dari kamarnya sambil menjinjing setelan dress selutut batik coklat muda mix merah hatinya. Tangan kanannya juga kerepotan mengait tas tangan ditambah lagi menjinjijng  sepatu highhills 5 Cm.

“Awas awas… missi ndra misi….” Dila melempar tas tangannya dan membuka pintu belakang inova yang sudah menunggu lima belas menitan didepan pintu rumahnya.. andra adik kecilnya yang pendiam itu seperti enggan diganggu bermain games. Mas Danu yang duduk disebelah ayah masih terus menghentak hentakan kakinya sambil mendengarkan I Pad dan memperhatikan penampilan adik perempuan satu satunya itu. 
“Dasar cewe,hahahaha…. “ ms Danu tertawa sadis melihat Dila.
“Terserah deh pada ketawa girang,” Dila duduk disamping adiknya Andra. 

Dila memang tidak terbiasa berpenampilan terlalu feminim seperti itu. Mungkin karena dia tidak mempunyai saudara kandung perempuan dirumahnya membuat dia begitu terbiasa hidup seperti laki laki. Hanya sesekali saja Dila berpenampilan feminim,seperti hari itu saat Dila beserta Ayah dan kedua saudaranya hendak menghadiri acara resepsi pernikahan anak dari teman satu Angkatan Militer dengan Ayahnya.

Ayah Dila tarik gas dan meninggalkan rumah yang bertaman luas itu. Sepuluh menit berselang HP ayah berbunyi,ayah Dila yang sedang berkonsentrasi menyetir langsung merogoh rogoh saku celananya..
“Iya hallo,assalamualaikum boss.. telat ni aku,dua puluh menit deh…. Oh iya iya,beneran 20 menit sampe.. oke… oh yaa.. siap boss!” satu alis Andra naik mendengar percakapan ayahnya. Perjalanan yang harusnya setengah jam lebih akan menjadi dua puluh menit. Andra dan mas Danu langsung mengencangkan sabuk pengamannya. Dan tiba tiba… wussssssssssss


             “Aduh… papah!” Dila terjungkal dari tempat duduknya dan terbentur jok depan ayahnya. “Sakit…” dila mengelus elus jidadnya dan memperbaiki posisi tempat duduknya…
“kamu ga apa de?” mas danu berbalik badan melihat adiknya. Dan tiba tiba citttttttttttttt… duggg Hp Andra terjatuh “papahhhhhh!”
“maaf papah Cuma mau lihat kakamu”

“hahahahahahh….” Ms Danu tertawa puas…

Suasana setelah turun dari mobil menjadi berbeda. Ayah berjalan tegap dengan tenang. Andra tak lagi memainkan HPnya.Ms dika berjalan cepat sambil membawa sebuah bingkisan kado berukuran sedang. Dan Dila berusaha tampil tenang dan anggun dengan highhills dikakinya dan membawa sebuah bingkisan sedikit lebih kecil dari yang dibawa kakanya.
                Gedung stadion badminton itu terlihat begitu berbeda. hampir seluruh sudut sudut temboknya ditutupi rumput mitasi dengan bunga bunga kecil diatasnya. Panggung stadion yang biasanya ditutup sket papan triplek untuk tempat ganti para olahragawan dibuka dan dijadiikan sebagai pelaminan mempelai. Ornament gedung didominasi tanaman tanaman,rangkaian bunga terpasang disetiap sudut gedung dan pot pot yang diletakan dibeberapa tempat. Tamu yang sudah Nampak memenuhi gedung dengan beraneka warna,model dan jenis batik menambah meriah suasana resepsi pernikahan.
               
 “Pah taro dimana nih?” Dila kerepotan membawa bingkisan kado dan tas tangannya.
“itu tu ikut ms Danu tu” bisisk ayah Dila yang sedang berbincang dengan kawan sejawatnya.
“Tapi papah disini aja ya,Dila mau naroh ini dulu sma ms Danu,tu Andra malah makan mulu disana” balik Dila berbisik dijawab dengan anggukan ayahnya.


“wwoy! Yuk taro ini di pintu satu”
“Ya ellah lu gimana sih de napa ga sekalian aja tadi…”
“e llu yang gimana tadi kan kita lewat pintu dua” Dila langsung berjalan menuju sebuah meja resepsionis dipintu satu untuk memberikan kadonya diikuti Ms Danu.
                Waktu sudah hampir menunjukan pukul 21.00,sesuai panduan dari sang pembawa acara kedua mempelai akan segera keluar dari kamar rias dan berjalan berdampingan disertai orang tua dari kedua mempelai. Mirip resepsi pernikahan Ibas dan Aliya. “Kepada seluruh tamu undangan diharapkan segera member ruang longgar dari karpet hijau yang sudah ada ditengah gedung. Sang mempelai akan segera keluar menyapa kita” suara pembawa acara tersebut langsung membuat para tamu segera merapat kepinggir pinggir. Walhasilsedikit surung surungan tidak bisa dihindari.
                “awww,,,, bu bu bu maaf kaki saya keinjek” seorang pria tiba tiba mengagetkan Dilla dari belakang tempat berdirinya. Spontan Dilla langsung memutar badan dan “Aduhhhhh “ laki laki itu memegangi pipinya yang tergores hiasan rambut Dilla. “Aduh sorry sorry….. aku ga tau ada orang dibelakangku,maaf maaf bangettt” Dilla berusaha membungkukan tubuhnya untuk melihat pipi laki laki itu.. “y udah ga papa” laki laki itu hanya melirik.
                “Eh ini kan Aji,anak dari pak Yanto teman partai papah. Aji anak satu SMAku juga hanya beda jurusan denganku” Dilla berkata dalam hati data melihat wajah Aji yang sedikit lebih dewasa dibanding dua tahun lalu saat Dilla terakhir melihat Aji saat mereka lulus dari SMA.
                “Maaf mas”
                “Ga apa” aji tersenyum dan pergi tengelam diantara kerumunan tamu undangn.

“mattti,mana ni ms Danu?”


Setelah mencari dan bersusah payah menembus kerumunan orang akhirnya Dilla menemukan papah beserta kedua saudaranya sedang berdiri persis disisi karpet hijau yang akan dilalui mempelai. “Om Yanto… “ tanya Dilla dalm hati melihat ayahnya sedang berdiri tepat disamping om Yanto. Akan tetapi Dilla tidak melihat keberadaan Aji disekitar papahnya maupun om Yanto. Dilla hanya malu berjalan menuju papah dan saudaranya dan sampai akhirnya “Dilllaaa…. Kamu sudah besar sekali nak,anakku…..” tanpa diduga ternyata Tante Laras juga berada sdisekitar paph dan saudaranya dan langsung memeluk tubuh Dilla dan mencium kedua pipinya

Tante laras,istri dari Om Yanto dan itu berarti ibu dari Aji memang sudah menganggap Dilla sebagai anak perempuannya. Walaupun hanya pada kesempatan tertentu Tante Laras bertemu dengan Dilla tapi Tante laras sering mengirimkan paket cake dan gorengan tempe kering kerumah Dilla saat Dilla masih SMA. Tante laras memang baru bertemu Dilla tiga tahun yang lalu saat Dilla masih duduk dibangku kelas Tiga dan masih tinggal dirumahnya.

Ayah Dilla dan Om Yanto adalah rekan kerja di tim sukses sebuah partai. Moment pemilu tiga tahun yang lalu menjadikan Om yanto beserta Tante Laras sering berkunjung kerumah Dilla. Begitu juga dengan Ayah Dilla. Tante laras masih saja terlalu senang berlebihan saat bertemu dengan Dilla seperti saat pertama Dilla bertemu dengan tante laras saat tante laras dan Om yanto datang  kerumah sepulangnya berlibur dari Bandung untuk membawakan oleh oleh.
              
  Tante laras dan om Yanto memang tidak punya anak perempuan. Aji hanya punya satu adik berusia 13 tahun selisih satu tahun dengan Andre,Egi yang juga laki lagi. Jadi wajarlah akan ada ekspresi sangat heboh saat Tante laras bertemu dengan Dilla terlebih sekarang ini Dilla jarang pulang kerumah karena harus menempuh kuliah di Jakarta.
             
   Dan anehnya keakraban dan kehangatan dua keluarga itu tak pernah dirasakan Dilla dan Aji. Mereka seperti tidak pernah kenal dan bahkan parahnya tidak pernah mengaku mengenal nama masing masing. padahal mereka berdua pernah bersekolah di SMA yang sama, mereka sering berpapasan dan bahkan entah siapa yang memulai mereka sudah berteman di facebook. Aji memang salah satu siswa favorit di SMA nya. Hampir setiap siswa tahu siapa Aji. Aji bahkan lulusan terbaik kedua dijurusannya saat kelulusan. yang membedakan Aji dari siswa brilliant lainnya adalah jiwa sosialnya yang tinggi,pembawaannya yang supel,tenang. Yang akan membuat para guru di SMA nya akan berkata “IQ dan EQ nya seimbang” jika ditanya apa kelebihan Aji.
              
  Dilla pernah salah orang saat awal awal om Yanto berusaha mengenalkan anaknya yang juga bersekolah di SMA yang sama dengan Dilla. Dilla sempat kegirangan menebak orang yang salah yang Dilla kenal sosoknya. Mendengar prestasi Aji yang baik dari segi akademik dan kekurang jelasan nama membuat Dilla salah objek. Teman Dilla yang dulu pernah sekelas waktu kelas satu yang juga satu desa dengan Aji menjadi korbannya. 

Dilla senang sekali saat mengira Zidan adalah anak dari Om yanto. Karena dulu Dilla lumayan akrab dengannya. Tampilan Zidan yang sederhana dengan rambut klimis dan tampilan sesederhana mungkin meyakinkan Dilla. tapi ternyata keliru . Dilla mengira Aji adalah nama panggilan lain dari Muhammad Zidan. Padahal dari namanya saja tidak meyakinkan Zidan bisa dipanggil Aji. padahal juga om Yanto selalu mencoba membenarkan sat Dilla menyebut nama Zidan dengan “Aji yaDilla”. “Oh iya om Aji Aji”
               
“Tante…. “ suara halus seorang wanita tiba tiba menyisipi perbincangn antara Dilla dan Tante Laras. Sesosok wanita yang seperti Dilla kenal langsung bersalaman dengan tante Laras,dan Dilla melihat Aji tepat dibelakang wanita itu. saat Dilla tau siapa wanita yang ternyata teman seangkatan Dilla ,yang juga satu SMA dengan Dilla dan Aji membuat Dilla tiba tiba gusar dan kesal. Dilla teringat “Irfan”. Tetangga Fani yang seperti telah menanamkan dendam di hati Dilla.
“Dilla kan?... hallloooo Dillaa” Fani memeluk Dilla sangat antusias
“fanni apa kabar?”
“baik,gimana kabar Irfan?”
Hati Dilla tersayat sayat mendengarkan apa yang sebenarnya sedari awal membuat Dilla geram bertemu Fanni. Apa memang Fani sengaja ingin membuat Dilla teringat kemarahan yang sudah Dilla coba kubur selama dua tahun ini. Atau memang fanni belum tau apa yang sebenarnya telah terjadi antara dilla dan tetangganya itu?

Lagu I will always Love You yang lambat lambat mengeras mungkin membuat percakapan Dilla dan Fanni terdengar samar samar oleh Tante Laras atau bahkan Aji yang ikut berbincang bersama ayah Dilla dan Om yanto. Dilla tak perduli ada dimana posisi Aji saat itu,bahkan tak ada rasa mau tau untuk apa Aji berbincang dengan ayahnya. Yang hanya Dilla syukuri,lagu yang biasa diputar diacara resepsi pernikahan ini menyelamatkan Dilla untuk tidak menjawab bahkan beralasan atas pertanyaan Fanni.

Kehadiran mempelai dan dari ruang rias membuat semua orang terfokus ke karpet hijau. Dilla hanya bisa memandang kosong mempelai yang nampak anggun dan gagah itu. Dan tanpa disadari Ms Danu sudah menarik tangan Dilla berdiri menyaksikan kedua mempelai berkeliling gedung,berdiri disisi Aji. Tampak goresan luka tipis dipipi Aji.




Bersambung.... (ikuti terus sampe episode terakhirnya ya,ga sampe puluhan atau bahkan ratusan ko. kurang dari sepuluh sudah dituntaskan :) c ya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar