“tinnnnnn….. tiiinnn”
” iya iya pah…iyaaaaaaaaaaa”
Dila berlari tergopoh gopoh
keluar dari kamarnya sambil menjinjing setelan dress selutut batik coklat muda
mix merah hatinya. Tangan kanannya juga kerepotan mengait tas tangan ditambah
lagi menjinjijng sepatu highhills 5 Cm.
“Awas awas… missi ndra misi….” Dila melempar tas tangannya
dan membuka pintu belakang inova yang sudah menunggu lima belas menitan didepan
pintu rumahnya.. andra adik kecilnya yang pendiam itu seperti enggan diganggu
bermain games. Mas Danu yang duduk disebelah ayah masih terus menghentak
hentakan kakinya sambil mendengarkan I Pad dan memperhatikan penampilan adik
perempuan satu satunya itu.
“Dasar cewe,hahahaha…. “ ms Danu tertawa sadis melihat Dila.
“Terserah deh pada ketawa girang,” Dila duduk disamping
adiknya Andra.
Dila memang tidak terbiasa berpenampilan terlalu feminim seperti
itu. Mungkin karena dia tidak mempunyai saudara kandung perempuan dirumahnya
membuat dia begitu terbiasa hidup seperti laki laki. Hanya sesekali saja Dila
berpenampilan feminim,seperti hari itu saat Dila beserta Ayah dan kedua
saudaranya hendak menghadiri acara resepsi pernikahan anak dari teman satu Angkatan
Militer dengan Ayahnya.
Ayah Dila tarik gas dan meninggalkan rumah yang bertaman
luas itu. Sepuluh menit berselang HP ayah berbunyi,ayah Dila yang sedang
berkonsentrasi menyetir langsung merogoh rogoh saku celananya..
“Iya hallo,assalamualaikum boss..
telat ni aku,dua puluh menit deh…. Oh iya iya,beneran 20 menit sampe.. oke… oh
yaa.. siap boss!” satu alis Andra naik mendengar percakapan ayahnya. Perjalanan
yang harusnya setengah jam lebih akan menjadi dua puluh menit. Andra dan mas
Danu langsung mengencangkan sabuk pengamannya. Dan tiba tiba… wussssssssssss
“Aduh… papah!” Dila terjungkal dari tempat duduknya dan terbentur jok depan ayahnya. “Sakit…” dila mengelus elus jidadnya dan memperbaiki posisi tempat duduknya…
“kamu ga apa de?” mas danu berbalik
badan melihat adiknya. Dan tiba tiba citttttttttttttt… duggg Hp Andra terjatuh
“papahhhhhh!”
“maaf papah Cuma mau lihat kakamu”
“hahahahahahh….” Ms Danu tertawa
puas…
Suasana setelah turun dari mobil
menjadi berbeda. Ayah berjalan tegap dengan tenang. Andra tak lagi memainkan
HPnya.Ms dika berjalan cepat sambil membawa sebuah bingkisan kado berukuran
sedang. Dan Dila berusaha tampil tenang dan anggun dengan highhills dikakinya
dan membawa sebuah bingkisan sedikit lebih kecil dari yang dibawa kakanya.
Gedung
stadion badminton itu terlihat begitu berbeda. hampir seluruh sudut sudut
temboknya ditutupi rumput mitasi dengan bunga bunga kecil diatasnya. Panggung
stadion yang biasanya ditutup sket papan triplek untuk tempat ganti para
olahragawan dibuka dan dijadiikan sebagai pelaminan mempelai. Ornament gedung
didominasi tanaman tanaman,rangkaian bunga terpasang disetiap sudut gedung dan
pot pot yang diletakan dibeberapa tempat. Tamu yang sudah Nampak memenuhi
gedung dengan beraneka warna,model dan jenis batik menambah meriah suasana
resepsi pernikahan.
“Pah
taro dimana nih?” Dila kerepotan membawa bingkisan kado dan tas tangannya.
“itu tu ikut ms Danu tu” bisisk ayah
Dila yang sedang berbincang dengan kawan sejawatnya.
“Tapi papah disini aja ya,Dila mau
naroh ini dulu sma ms Danu,tu Andra malah makan mulu disana” balik Dila
berbisik dijawab dengan anggukan ayahnya.
“wwoy! Yuk taro ini di pintu satu”
“Ya ellah lu gimana sih de napa ga
sekalian aja tadi…”
“e llu yang gimana tadi kan kita
lewat pintu dua” Dila langsung berjalan menuju sebuah meja resepsionis dipintu
satu untuk memberikan kadonya diikuti Ms Danu.
Waktu
sudah hampir menunjukan pukul 21.00,sesuai panduan dari sang pembawa acara
kedua mempelai akan segera keluar dari kamar rias dan berjalan berdampingan
disertai orang tua dari kedua mempelai. Mirip resepsi pernikahan Ibas dan Aliya.
“Kepada seluruh tamu undangan diharapkan segera member ruang longgar dari
karpet hijau yang sudah ada ditengah gedung. Sang mempelai akan segera keluar
menyapa kita” suara pembawa acara tersebut langsung membuat para tamu segera
merapat kepinggir pinggir. Walhasilsedikit surung surungan tidak bisa dihindari.
“awww,,,,
bu bu bu maaf kaki saya keinjek” seorang pria tiba tiba mengagetkan Dilla dari
belakang tempat berdirinya. Spontan Dilla langsung memutar badan dan “Aduhhhhh “
laki laki itu memegangi pipinya yang tergores hiasan rambut Dilla. “Aduh sorry
sorry….. aku ga tau ada orang dibelakangku,maaf maaf bangettt” Dilla berusaha
membungkukan tubuhnya untuk melihat pipi laki laki itu.. “y udah ga papa” laki
laki itu hanya melirik.
“Eh ini kan Aji,anak dari pak Yanto teman
partai papah. Aji anak satu SMAku juga hanya beda jurusan denganku” Dilla
berkata dalam hati data melihat wajah Aji yang sedikit lebih dewasa dibanding
dua tahun lalu saat Dilla terakhir melihat Aji saat mereka lulus dari SMA.
“Maaf
mas”
“Ga
apa” aji tersenyum dan pergi tengelam diantara kerumunan tamu undangn.
“mattti,mana ni ms Danu?”
Setelah mencari dan bersusah payah
menembus kerumunan orang akhirnya Dilla menemukan papah beserta kedua
saudaranya sedang berdiri persis disisi karpet hijau yang akan dilalui mempelai.
“Om Yanto… “ tanya Dilla dalm hati melihat ayahnya sedang berdiri tepat
disamping om Yanto. Akan tetapi Dilla tidak melihat keberadaan Aji disekitar
papahnya maupun om Yanto. Dilla hanya malu berjalan menuju papah dan saudaranya
dan sampai akhirnya “Dilllaaa…. Kamu sudah besar sekali nak,anakku…..” tanpa
diduga ternyata Tante Laras juga berada sdisekitar paph dan saudaranya dan
langsung memeluk tubuh Dilla dan mencium kedua pipinya
Tante laras,istri dari Om Yanto dan
itu berarti ibu dari Aji memang sudah menganggap Dilla sebagai anak
perempuannya. Walaupun hanya pada kesempatan tertentu Tante Laras bertemu
dengan Dilla tapi Tante laras sering mengirimkan paket cake dan gorengan tempe
kering kerumah Dilla saat Dilla masih SMA. Tante laras memang baru bertemu
Dilla tiga tahun yang lalu saat Dilla masih duduk dibangku kelas Tiga dan masih
tinggal dirumahnya.
Ayah Dilla dan Om Yanto adalah
rekan kerja di tim sukses sebuah partai. Moment pemilu tiga tahun yang lalu
menjadikan Om yanto beserta Tante Laras sering berkunjung kerumah Dilla. Begitu
juga dengan Ayah Dilla. Tante laras masih saja terlalu senang berlebihan saat
bertemu dengan Dilla seperti saat pertama Dilla bertemu dengan tante laras saat
tante laras dan Om yanto datang kerumah
sepulangnya berlibur dari Bandung untuk membawakan oleh oleh.
Tante
laras dan om Yanto memang tidak punya anak perempuan. Aji hanya punya satu adik
berusia 13 tahun selisih satu tahun dengan Andre,Egi yang juga laki lagi. Jadi
wajarlah akan ada ekspresi sangat heboh saat Tante laras bertemu dengan Dilla
terlebih sekarang ini Dilla jarang pulang kerumah karena harus menempuh kuliah
di Jakarta.
Dan
anehnya keakraban dan kehangatan dua keluarga itu tak pernah dirasakan Dilla
dan Aji. Mereka seperti tidak pernah kenal dan bahkan parahnya tidak pernah
mengaku mengenal nama masing masing. padahal mereka berdua pernah bersekolah di
SMA yang sama, mereka sering berpapasan dan bahkan entah siapa yang memulai
mereka sudah berteman di facebook. Aji memang salah satu siswa favorit di SMA
nya. Hampir setiap siswa tahu siapa Aji. Aji bahkan lulusan terbaik kedua
dijurusannya saat kelulusan. yang membedakan Aji dari siswa brilliant lainnya
adalah jiwa sosialnya yang tinggi,pembawaannya yang supel,tenang. Yang akan
membuat para guru di SMA nya akan berkata “IQ dan EQ nya seimbang” jika ditanya
apa kelebihan Aji.
Dilla
pernah salah orang saat awal awal om Yanto berusaha mengenalkan anaknya yang
juga bersekolah di SMA yang sama dengan Dilla. Dilla sempat kegirangan menebak
orang yang salah yang Dilla kenal sosoknya. Mendengar prestasi Aji yang baik
dari segi akademik dan kekurang jelasan nama membuat Dilla salah objek. Teman
Dilla yang dulu pernah sekelas waktu kelas satu yang juga satu desa dengan Aji
menjadi korbannya.
Dilla senang sekali saat mengira Zidan adalah anak dari Om
yanto. Karena dulu Dilla lumayan akrab dengannya. Tampilan Zidan yang sederhana
dengan rambut klimis dan tampilan sesederhana mungkin meyakinkan Dilla. tapi
ternyata keliru . Dilla mengira Aji adalah nama panggilan lain dari Muhammad
Zidan. Padahal dari namanya saja tidak meyakinkan Zidan bisa dipanggil Aji.
padahal juga om Yanto selalu mencoba membenarkan sat Dilla menyebut nama Zidan dengan
“Aji yaDilla”. “Oh iya om Aji Aji”
“Tante…. “ suara halus seorang
wanita tiba tiba menyisipi perbincangn antara Dilla dan Tante Laras. Sesosok
wanita yang seperti Dilla kenal langsung bersalaman dengan tante Laras,dan
Dilla melihat Aji tepat dibelakang wanita itu. saat Dilla tau siapa wanita yang
ternyata teman seangkatan Dilla ,yang juga satu SMA dengan Dilla dan Aji
membuat Dilla tiba tiba gusar dan kesal. Dilla teringat “Irfan”. Tetangga Fani
yang seperti telah menanamkan dendam di hati Dilla.
“Dilla kan?... hallloooo Dillaa”
Fani memeluk Dilla sangat antusias
“fanni apa kabar?”
“baik,gimana kabar Irfan?”
Hati Dilla tersayat sayat mendengarkan apa yang sebenarnya
sedari awal membuat Dilla geram bertemu Fanni. Apa memang Fani sengaja ingin
membuat Dilla teringat kemarahan yang sudah Dilla coba kubur selama dua tahun
ini. Atau memang fanni belum tau apa yang sebenarnya telah terjadi antara dilla
dan tetangganya itu?
Lagu I will always Love You yang lambat lambat mengeras
mungkin membuat percakapan Dilla dan Fanni terdengar samar samar oleh Tante
Laras atau bahkan Aji yang ikut berbincang bersama ayah Dilla dan Om yanto. Dilla
tak perduli ada dimana posisi Aji saat itu,bahkan tak ada rasa mau tau untuk
apa Aji berbincang dengan ayahnya. Yang hanya Dilla syukuri,lagu yang biasa
diputar diacara resepsi pernikahan ini menyelamatkan Dilla untuk tidak menjawab
bahkan beralasan atas pertanyaan Fanni.
Kehadiran mempelai dan dari ruang
rias membuat semua orang terfokus ke karpet hijau. Dilla hanya bisa memandang
kosong mempelai yang nampak anggun dan gagah itu. Dan tanpa disadari Ms Danu
sudah menarik tangan Dilla berdiri menyaksikan kedua mempelai berkeliling
gedung,berdiri disisi Aji. Tampak goresan luka tipis dipipi Aji.
Bersambung.... (ikuti terus sampe episode terakhirnya ya,ga sampe puluhan atau bahkan ratusan ko. kurang dari sepuluh sudah dituntaskan :) c ya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar