Minggu, 12 Februari 2012

Beruntungnya Ditakdirkan Sebagai Perempuan


Ada sebuah perasaan terharu saat pandanganku terpaku. Berdiri dipagar wahana permainan ayunan di dekat loby 7 MOI mencoba mengisi waktu menunggu. Dua pasang kaki kecil tergantung dikursi membelakangiku. Satu pasang lebih kecil dengan sepatu cat dan sepasang lagi bersepatu pink,kaka adik fikirku menerka. Dan saat tombol otomatis dipencet oleh permpuan berseragam hijau penjaga wahana terdengar suara menjerit dan menangis saat ayunan semakin lama semakin tinggi. Sang ibu langsung masuk dan mencoba mendekati wahana dan berusaha menghibur dan meyakinkan putra kecilnya yang ketakutan bahwa mereka kan baik baik saja.

Ada kekhawatiran dan kecemasan dimata perempuan itu. tapi tetap berusaha tenang dan tersenyum untuk tidak menambah takut perasaan putra kecilnya. Tetap tenang dan tersenyum bahkan saat wahana berhenti dan sang anak berlari mendekatinya,mencoba menanamkan fikiran positif dan menghapus air matanya. Tetap tenang dan tersenyum.

Bukankah aku kelak kan menjadi seorang ibu? Seperti wanita itu. yang kan menjadi naungan paling besar dan harus menjadi tempat terbaik bagi anak anakku kelak seperti anak anak itu?. bukankah kelak aku kan menjadi seorang ibu yang menjadi guru dan pula panutan bagi anak anakku?. Bahkan melakukan hal yang sama seperti wanita itu mengajak anak anakku bersenang senang untuk metoda pengenalan lingkungan.

Hati rasanya gemetar saat kulihat seorang lagi wanita muda duduk didepan cafĂ© mungil lumayan dekat denganku,sambil berbincang riang dengan putra kecil yang duduk dikursi depannya sambil menunggu makanan pesanan datang. Aku seperti kembali ditegurkan untuk  sadar kelak aku kan menjadi kunci akan kelurusan langkah putra putriku. Menjadi wanita taktis yang bisa membagi waktu untuk mengurus suamiku kelak,menyiapkan sarapan,makan siang,makan malam, bahkan selalu menyiapakan jajanan sehat yang menjadi favorit suami dan anakku. Membereskan rumah,turut memilih sekolah terbaik buat anakku dengan suamiku,bahkan dibalik kepadatan waktu itu akupun kan lebih bijak pula jika mampu menyenangkan hati suami serta putra putriku dengan berlibur seperti yang dilakukan wanita wanita disekitarku saat itu. dan yang terpenting mengenalkan arti kehidupan

Seorang babysitter berjalan ogah ogahan mengikuti gadis kescil berkuncir dua dengan tas kecilnya. Dengan gaya naklnya perempuan kecil itu mengetuk ketukkan kaki kirinya dengan tangan kanan member tanda kepada babysitternya untuk meminta kartu berlangganan untuk bermain diwahana mobil mobilan. “tegakah nanti aku membiarkan anakku kan kehilangan tanganku yang seharusnya menggandeng tangannya saat bermain,akaknkah aku sebodoh itu membiarkan anakku lebih lama bermain dengan orang lain yang belum tentu ikhlas menjadi pengganti sementaraku?”.


Beberapa hal kembali membantu menyadarkanku akhir akhir ini. Saat aku berjalan pulang,banyak ibu ibu berkumpul dipinggir jalan,beberapa menggendong balitannya. Mereka terlihat terbiasa berkumpul disana. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku belajar dari beberapa perempuan disana. Ada yang lembut dan terlihat baik hatinya,ada yang begitu ceria sampai begitu banyak mengobrol. Dan beberapa bermata mencurigai atau mungkin aku yang terlalu berfikir negatife. Papah pernah berkata padaku “ kelak kau kan menjadi seorang istri dan ibu,maka jadilah wanita terbaik bagi suamimu,yang mampu bemenyempurnakan kekurangannya dan kaupun terbuka disempurnakan olehnya dari kekuranganmu. Dan kaukan menjadi peti atas suami dan anak anakmu,yang menjaga segala kekurangan mereka,penyimpan rahasia sebaik baiknya. Dan kau tentu tau semua perkataanmu akan kau pertanggung jawabkan natinya. Tentu bukan hakmu pula membuka aib sesamamu”

Tuhan seperti sedang menegur serta perlahan mengajariku untuk siap mejadi seorang ibu nantinya. Sosok yang mungkin kurang aku mengerti dalam kehidupanku. Menjadi seorang wanita yang mulai aku sadari istimewanya. Yang kelak kan menjadi ratu bagi istana kecilku,bukan hanya duduk menunggu pelayanku namun aku yang kan melayani suami serta putra putriku,aku kan menjadi bagian besar dihati suami dan anakku.  Akulah yang kelak kan bertanggung jawab atas kebahagiaan rumah tanggagu,suamiku,anak anakku. Yang kan sangat bertanggung jawab dan berperan besar atas budi kerti,keagamaan. Kesuksesan anak anakku.
Mengoreksi diri terjadi berhari hari setelah hari itu,mencoba menata ulang semua yang telah berantakan dari sikap serta budiku. Mencoba mencari sebuah kunci atas perasaan kosong yang  teramat besar dihatiku. Memulai menyadari dan mendukung diri untuklebih mempersiapkan lebih metang lagi untuk menjadi seorang wanita yang sesungguhnya, yang kan menjadi seorang istri bagi suamiku,yang kan menjadi ibu bagi anak anakku kelak. Kembali merenungi “Dibalik kesuksesan pria ada wanita hebat dibelakangnya” . Terbangun dari kekosonganku dan kan terus berusaha memperbaiki karena aku mulai sadar Betapa beruntungnya menjadi seorang Wanita :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar