Hanya sedang ingin berdialog dengan kemarahan
Di dentingan malam nan kelam,sebuah tragedy bersilouit di
angan angan…
Ada sebuah kemunafikan besar terpapar diudara
Dimana kita seolah diwajibkan bermahkota kecantikan dengan
berbagai atributya
Dengan gelang waktu besar dikejar target Mencari yang kaya
dan yang berharta jutaan
Aku seperti sedang ditekan,
Yang biasa berbincang dengan saudara sehati tentang motivasi
dan arti kehidupan,masa depan
Kini hanya didominasi tentang tampang dan tampilan
“kita harus dibingkai sebaik mungkin,yang ter-apik yang
terbanyak diincar dan berteman”
Aku bahkan kasian dengan hati,yang mulai aku bujuk untuk ikut pula bersandiwara
Tapi ia malah merajuk tak bergeming,
Lirih berbisik kembali memutar visi dan misi yang telah aku
bangun,
Tentang prinsip hidup yang sudah dipelupuk mata
Yang aku tau mereka kan terkejut saat aku kembali menjadi diriku,
Yag memang tak pernah bisa diam
Yang paling sukar bersolek dan mencoba mensyukuri dan memperbaiki
sewajarnya
Yang memang tak terlalu pandai memberikan isyarat “tidak”
Dan yang memang harus berkehidupan lebih normal
Aku memang hanya satu koma pendapat yang stagnan
Yang hanya akan disudutkan dan bukan apa apa dipandang
mereka
Tapi aku masih menghormati mereka,memmbiarkan cara mereka
menegakan HAK
Dan aku sedang tak berharap banyak kan mereka hormati,
Karena akulah yang kan menghormati diri,dan membiarkan rohku
sendiri berjalan dinurani dan teori praktisi