Selasa, 28 Februari 2012

Dialog Aku


Hanya sedang ingin berdialog dengan kemarahan

Di dentingan malam nan kelam,sebuah tragedy bersilouit di angan angan…
Ada sebuah kemunafikan besar terpapar diudara
Dimana kita seolah diwajibkan bermahkota kecantikan dengan berbagai atributya
Dengan gelang waktu besar dikejar target Mencari yang kaya dan yang berharta jutaan

Aku seperti sedang ditekan,
Yang biasa berbincang dengan saudara sehati tentang motivasi dan arti kehidupan,masa depan
Kini hanya didominasi tentang tampang dan tampilan
“kita harus dibingkai sebaik mungkin,yang ter-apik yang terbanyak diincar dan berteman”

Aku bahkan kasian dengan  hati,yang mulai aku bujuk untuk ikut pula bersandiwara
Tapi ia malah merajuk tak bergeming,
Lirih berbisik kembali memutar visi dan misi yang telah aku bangun,
Tentang prinsip hidup yang sudah dipelupuk mata


Yang aku tau mereka kan terkejut saat aku kembali menjadi diriku,
Yag memang tak pernah bisa diam
Yang paling sukar bersolek dan mencoba mensyukuri dan memperbaiki sewajarnya
Yang memang tak terlalu pandai memberikan isyarat “tidak”
Dan yang memang harus berkehidupan lebih normal

Aku memang hanya satu koma pendapat yang stagnan
Yang hanya akan disudutkan dan bukan apa apa dipandang mereka
Tapi aku masih menghormati mereka,memmbiarkan cara mereka menegakan HAK

Dan aku sedang tak berharap banyak kan mereka hormati,
Karena akulah yang kan menghormati diri,dan membiarkan rohku sendiri berjalan dinurani dan teori praktisi


“Lebih baik diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan” Soe

Rabu, 22 Februari 2012

Big Enemy


“tinnnnnn….. tiiinnn”
” iya iya pah…iyaaaaaaaaaaa” 
Dila berlari tergopoh gopoh keluar dari kamarnya sambil menjinjing setelan dress selutut batik coklat muda mix merah hatinya. Tangan kanannya juga kerepotan mengait tas tangan ditambah lagi menjinjijng  sepatu highhills 5 Cm.

“Awas awas… missi ndra misi….” Dila melempar tas tangannya dan membuka pintu belakang inova yang sudah menunggu lima belas menitan didepan pintu rumahnya.. andra adik kecilnya yang pendiam itu seperti enggan diganggu bermain games. Mas Danu yang duduk disebelah ayah masih terus menghentak hentakan kakinya sambil mendengarkan I Pad dan memperhatikan penampilan adik perempuan satu satunya itu. 
“Dasar cewe,hahahaha…. “ ms Danu tertawa sadis melihat Dila.
“Terserah deh pada ketawa girang,” Dila duduk disamping adiknya Andra. 

Dila memang tidak terbiasa berpenampilan terlalu feminim seperti itu. Mungkin karena dia tidak mempunyai saudara kandung perempuan dirumahnya membuat dia begitu terbiasa hidup seperti laki laki. Hanya sesekali saja Dila berpenampilan feminim,seperti hari itu saat Dila beserta Ayah dan kedua saudaranya hendak menghadiri acara resepsi pernikahan anak dari teman satu Angkatan Militer dengan Ayahnya.

Ayah Dila tarik gas dan meninggalkan rumah yang bertaman luas itu. Sepuluh menit berselang HP ayah berbunyi,ayah Dila yang sedang berkonsentrasi menyetir langsung merogoh rogoh saku celananya..
“Iya hallo,assalamualaikum boss.. telat ni aku,dua puluh menit deh…. Oh iya iya,beneran 20 menit sampe.. oke… oh yaa.. siap boss!” satu alis Andra naik mendengar percakapan ayahnya. Perjalanan yang harusnya setengah jam lebih akan menjadi dua puluh menit. Andra dan mas Danu langsung mengencangkan sabuk pengamannya. Dan tiba tiba… wussssssssssss

Selasa, 14 Februari 2012

Que Sera Sera


When I was just a little girl
I asked my mother what will I be
Will I be pretty
Will I be rich
Here's what she said to me

Que sera sera
Whatever will be will be
The future's not ours to see
Que sera sera

When I was just a child in school
I asked my teacher what should I try
Should I paint pictures
Should I sing songs
This was her wise reply

Que sera sera
Whatever will be will be
The future's not ours to see
Que sera sera

When I grew up and fell in love
I asked my sweetheart what lies ahead
Will there be rainbows day after day
Here's what my sweetheart said

Que sera sera
Whatever will be will be
The future's not ours to see
Que sera sera

Que sera sera
Whatever will be will be
The future's not ours to see
Que sera sera

What will be, will be
Que sera sera...



Que sera sera,Que sera sera. Seorang teman menularkan kekagumannya terhadap makna mendalam dari lagu ini. Lirik sederhana,mengingatkan masa kecil kita dan besarnya arti usaha dan menerima.Sebuah lagu anak yang diambil dari bahasa spanyol yang berarti "Apapun yang akan terjadi,terjadilah". Dijadikan salah satu jingle iklan produk Holcim "Que sera sera,selama ada holcim jadi apapun juga pasti sempurna".

Hujan Pagi Tadi


Terimakasih telah datang

Hujan,terimakasih telah mau menyentuh pipiku pagi ini
Datang dengan tenang tanpa gemuruh dan semburat kilat diatas sana
Teramat tenang hingga detikan waktu menghilangkan pagi pagi yang biasanya terlalu buruk dan menekan itu

Mungkin aku terlalu merindukan The panas hari hari ini
Merindukan makan bersama dan bercanda tertawa
Hingga akupun mulai merasa gerimis pagi tadi mampu mengisi ruang nasihat yang sedang kosong ini

Semoga kau menemui  lagi nanti saat aku pulang,membantu meredakan panas didahiku




Minggu, 12 Februari 2012

Beruntungnya Ditakdirkan Sebagai Perempuan


Ada sebuah perasaan terharu saat pandanganku terpaku. Berdiri dipagar wahana permainan ayunan di dekat loby 7 MOI mencoba mengisi waktu menunggu. Dua pasang kaki kecil tergantung dikursi membelakangiku. Satu pasang lebih kecil dengan sepatu cat dan sepasang lagi bersepatu pink,kaka adik fikirku menerka. Dan saat tombol otomatis dipencet oleh permpuan berseragam hijau penjaga wahana terdengar suara menjerit dan menangis saat ayunan semakin lama semakin tinggi. Sang ibu langsung masuk dan mencoba mendekati wahana dan berusaha menghibur dan meyakinkan putra kecilnya yang ketakutan bahwa mereka kan baik baik saja.

Ada kekhawatiran dan kecemasan dimata perempuan itu. tapi tetap berusaha tenang dan tersenyum untuk tidak menambah takut perasaan putra kecilnya. Tetap tenang dan tersenyum bahkan saat wahana berhenti dan sang anak berlari mendekatinya,mencoba menanamkan fikiran positif dan menghapus air matanya. Tetap tenang dan tersenyum.

Bukankah aku kelak kan menjadi seorang ibu? Seperti wanita itu. yang kan menjadi naungan paling besar dan harus menjadi tempat terbaik bagi anak anakku kelak seperti anak anak itu?. bukankah kelak aku kan menjadi seorang ibu yang menjadi guru dan pula panutan bagi anak anakku?. Bahkan melakukan hal yang sama seperti wanita itu mengajak anak anakku bersenang senang untuk metoda pengenalan lingkungan.

Hati rasanya gemetar saat kulihat seorang lagi wanita muda duduk didepan cafĂ© mungil lumayan dekat denganku,sambil berbincang riang dengan putra kecil yang duduk dikursi depannya sambil menunggu makanan pesanan datang. Aku seperti kembali ditegurkan untuk  sadar kelak aku kan menjadi kunci akan kelurusan langkah putra putriku. Menjadi wanita taktis yang bisa membagi waktu untuk mengurus suamiku kelak,menyiapkan sarapan,makan siang,makan malam, bahkan selalu menyiapakan jajanan sehat yang menjadi favorit suami dan anakku. Membereskan rumah,turut memilih sekolah terbaik buat anakku dengan suamiku,bahkan dibalik kepadatan waktu itu akupun kan lebih bijak pula jika mampu menyenangkan hati suami serta putra putriku dengan berlibur seperti yang dilakukan wanita wanita disekitarku saat itu. dan yang terpenting mengenalkan arti kehidupan

Seorang babysitter berjalan ogah ogahan mengikuti gadis kescil berkuncir dua dengan tas kecilnya. Dengan gaya naklnya perempuan kecil itu mengetuk ketukkan kaki kirinya dengan tangan kanan member tanda kepada babysitternya untuk meminta kartu berlangganan untuk bermain diwahana mobil mobilan. “tegakah nanti aku membiarkan anakku kan kehilangan tanganku yang seharusnya menggandeng tangannya saat bermain,akaknkah aku sebodoh itu membiarkan anakku lebih lama bermain dengan orang lain yang belum tentu ikhlas menjadi pengganti sementaraku?”.

Kamis, 02 Februari 2012

Tetaplah Maya


23 April 2011

Jika memang kau secermin dengan faktamu,
Aku ingin kau mampu tau dimensi yang ini
Bayangan keledai yang bersaut sautan akan ubahmu
Tersenyum saat bungah didadamu
Menangis saat kau tertitih dihadapanku

Jika memang kau sejalan dengan sang surya
Maka aku berdoa kau takan pernah lupa asa
Walau sang bagaskara sejenak bahkan berabad diatas pendirianmu
Berada  disana kan membutakanku danmemusnahkanku
Tatap tak akan ada ruangku untuk mewujudkan nyata jasadku bagi pandanganmu

Aku tau aku bukan bidadari bahkan malaikatmu
Dan aku tidak pernah segila akal  mencari jalan itu
Berharap diikat dikepalamu pun tak terfikir dalam anganku
Karena aku tau,
Aku hanyalah maya hitam pekat
Yang hanya gelap rata saat beribu warna menghujanimu
Yang hanya semu saat kau mencari tau jasadmu
Dalam permukaan yang bahkan sebening bongkahan embun yang hanya bisa menyentuhmu saat horizontal mengunci tubuhku,dan tetap hanya dibawahmu
Yang matamupun tak mampu menemukan mataku
Saat kau tertunduk merendah dari ribuan sinar surya menatapmu

Tetap takan mempu melihat warna mataku
Yang berharap tak ada pilu di sukmamu,
Dan kan hanya ada bahagia,tawa walau tanpa abstrakku

Menghitung Waktu


aku hanya sedang ingin menghitung waktu.
Masih tetap jarum jarum berkeliling penuh,masih dengan detikannya
Dan tetap aku melaju teratur ketempat ini,kursi hitam ini,layar panas ini

Aku merindukan sabtu yang memanusiakanku
Mengizinkanku duduk bebas membaca buku,menghabisksn waktu dengan kata kata baru
Da aku pula membutuhkan minggu,untuk bernafas lega,tanpa tekanan waktu dan kadang terlelap riang

Aku hanya butuh waktu,
Diandai andai hari senin aku menghirup udara daun nan sejukdari gedung itu
Tetap dengan layar panas,tapi tolong tanpa mesin beruap dingin itu
Hari selasa sampai rabu,aku biarkan tanganku menari dikertas berkolom dengan imajinasiku pula
Diizinkan bernyanyi kan lebih indah kurasa
Dan hari kamis jumat melayang bebas bertemu mandor mandor yg kan bercerita lucu dan menakjupkan

Ah itu hanya hitungan wakru yang bisu
Kan beku pula mengingat ia kan marah pada posisiku

Rabu, 01 Februari 2012

"Tetaplah menjadi serangga kecil". illusi


Akalku berkata kan ia yang Tuhan jodohkan
Dengan seragam orange atau putih putihnya ia kan lantang meminang
Dengan menyematkan kaca mata hitam ia kan sematkan dikedua mataku
Dan ia kan menuntunku terbang…
“Selamat tinggal lalat selamat tinggal serangga” ucapku nanti saat ia menuntun bersama sayap

“janganlah kau ubah,tetaplah menjadi serangga kecilku dan terbanglah dengan sayapmu,semampumu”
Tiba tiba ia berlisan itu hingga aku menatap kembali matanya
Tetap tenang,tetap tajam bola hitam dimatanya,ia bersungguh berkata itu
Benarkah ia memang tak angkuh?
Hingga hatinyapun tak ia terlalu sombongkan setegaknya ia berjalan..
Bicaranya yang mantap dan pasti mengajarku akan ketegasan
Dan ia meyakinkan dengan  jawaban

“tenanglah,sayapku tak selamanya dikedua sisi pundakku.
Ia kan kutinggal sejenak saat lelap tak seperti burung yang kan setia menemani sayapnya selalu.
Jalankupun tak melulu melayang,kakiku masih jauh lebih setia kepadaku
Ada keindahan memang saat terbang,tapi tak kah kau bersyukur apa yang kan kau lihat nanti adalah apa yang kau sudah nikmati langsung??.
Melayangku hanya bentuk pengabdian,
Membantu melipat watu sehingga yang menunggu di Merauke kan cepat kedatangan Aceh
 membantu anak anak yang merindukan ayahnya
mencoba menolong ibu ibu yang sakit dan merindukan anaknya diseberang sana
tak semata hanya berputar putar diudara,tak hanya bermain main disana
aku tetap manusia,dan tetaplah kau menjadi manusia,tetap pulalah menjadi serangga kecilku yang tak pernah diam

“itukah mengapa kau tempatkan sayap logam kecil tepat diatas dadamu,dekat dengan hatimu?
Supaya kau selalu ingat bahwa kau tetaplah menusia” jawabku haru

“iya “