Aku mungkin yang sedang bersiap
kecewa,
Dihalauan kata ketika nurani berkata
malam tlah tiba
Dengan abu abu jingga diujung tepian
bumi
Dengan langit yang mulai mati
menghitam atau mungkin hanya tinta kehidupan
Bersiap kecewa karena disaat
malamlah ia kan terbaring diatas sana
Menyebarkan kata kata hingga jatuh
dibawah tempat beranda angin biasa enggan berputar,disini
Yang terdengar dia mulai senyap
menghilang bersama jarum jam
Mengucapkan salam malam dan
menyuguhkan pisau malam yang siap merajang
Merajang,bukan karena kau penjahat
dikediaman malam
Atau mungkin bukan juga terlalu
fulgar aku sebut kau serupa perajam,kau berpisau bukan rajam
Mulai diiris,tipis saat 22.00 datang
dan kita mulai berpencar,
Aku hanya merenungkan simpati yang
mulai menjadi banaspati dalam hati
Membiarkan kau yang mungkin sudah
beberapa kali mengacungkan belati sedetik setelah kau tebar bunga
Hampir lupa rasa saat kau berkata
perang dan aku hampir mati
Aku heran mengapa engkau yang mampu seperti itu
Padahal perangaikupun bisa lebih
kejam mencabik cabikmua,atau aku hanya berilusi?
Mungkin ada kebaikan dalam
pandanganmu itu hingga aku terluluhkan
sekejap,
Aku terbiasa mendengar nada nasihat,dan
kau tebar itu
Aku terbiasa menyerap hikayat dan kau
setitik mulai mengenalkan alur
Ada kesamaan batu dalam
kepala,hingga aku dapat bercermin saat dialog malam datang dan kita berbincang,
Siap kecewa,karena aku yang tau
perangaiku,dan mulai tau perangaimu,serupa